SEMARANG - Kreatif menjadi kunci sukses bagi pengelola obyek wisata dalam merangkul pasar dan pengunjung. Terlebih dalam masa pandemi Covid-19 seperti saat ini, pengelola harus bisa menjamin kebersihan dan kenyamanan pengunjung dan juga pengelolanya. Bintek CHSE yang diselenggarakan Kemenparekraf RI dan Disbudpar Kota Semarang, membantu obyek wisata bisa bertahan dalam masa pandemi, Senin (23/11).
Koordinator Pegiat Pariwisata Kota Semarang tersebut berharap seluruh elemen wisata menyikapi positif pandemi ini.
"Setidaknya dengan positif thinking, imun tubuh akan meningkat dan mengurangi resiko penularan virus Covid-19," terangnya.
Setelah bersikap positif, ada baiknya pengelola melakukan kreasi program. Pasalnya, protokol kesehatan yang sudah dijalankan hanya merupakan build up standar, sehingga perlu ada kreasi pengembangan.
Dengan adanya kreasi, maka akan muncul pembeda dan keunikan. Unik dan berbeda inilah yang dapat menjadikan diferensiasi produk sehingga sebuah destinasi wisata dapat dilihat dan dilirik calon pengunjung.
Setelah melakukan kreasi, dilanjutkan dengan inovasi produk. Langkah ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi) bukanlah sebuah langkah ‘haram’ untuk diambil namun harus disesuaikan dengan nafas atau ruh serta karakter masing-masing destinasi wisata.
"Kreativitas sebuah daya tarik wisata di daerah lain boleh kok ditiru namun harus disesuaikan dengan karakter masing-masing. Jangan ditiru plek keteplek, namun dimodifikasi sesuai ruhnya, nafas yang akan dibawa pengelola," tukasnya.
Direktur PT PRPP yang mengelola Grand Maerakaca, Titah Listyorini berbagi pengalamannya mengurus sertifikasi CHSE. Dengan adanya sertifikasi, destinasinya berarti sudah diakui memiliki jaminan kebersihan, keamanan dan kesehatan serta kelestarian lingkungan.
"Memang panjang dan harus cepat karena hanya sekitar 2 pekan prosesnya. Namun jika sudah disiapkan dengan baik dan lengkap, pasti cepat. Total ada 39 item dari berbagai kategori yang harus kami penuhi," ujar Titah.
Ia pun mendorong rekan-rekan pengelola daya tarik wisata lain untuk segera menyelesaikan proses sertifikasi ini. Dengan demikian, baik pengelola maupun pengunjung memiliki jaminan dan rasa aman serta nyaman saat berwisata.
Kepala Disbudpar Kota Semarang, Indriyasari menegaskan betapa Bintek CHSE ini sangat penting diikuti dan dipahami seluruh peserta. Sebanyak 16 sub sektor industri kreatif di Kota Semarang yang mendapatkan bimbingan teknis ini.
"Ini bentuk perhatian pemerintah untuk menggerakkan sektor ekonomi pariwisata di tengah badai pandemi Covid-19. Agar pelaku pariwisata tetap dapat berusaha dan terus berkreasi melahirkan produk wisata yang berkualitas," tandas Iin, sapaan akrabnya. (red/e2)
Bintek CHSE, Dorong Obyek Wisata Berprotokol Kesehatan
satumenitnews.com - Pesan itu disampaikan Gus Wahid saat menjadi pembicara dalam Bintek Cleanliness, Health, Safety and Environment Sustainability (CHSE) yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang di Hotel Grasia, Senin (23/11/2020).Koordinator Pegiat Pariwisata Kota Semarang tersebut berharap seluruh elemen wisata menyikapi positif pandemi ini.
"Setidaknya dengan positif thinking, imun tubuh akan meningkat dan mengurangi resiko penularan virus Covid-19," terangnya.
Setelah bersikap positif, ada baiknya pengelola melakukan kreasi program. Pasalnya, protokol kesehatan yang sudah dijalankan hanya merupakan build up standar, sehingga perlu ada kreasi pengembangan.
Dengan adanya kreasi, maka akan muncul pembeda dan keunikan. Unik dan berbeda inilah yang dapat menjadikan diferensiasi produk sehingga sebuah destinasi wisata dapat dilihat dan dilirik calon pengunjung.
Setelah melakukan kreasi, dilanjutkan dengan inovasi produk. Langkah ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi) bukanlah sebuah langkah ‘haram’ untuk diambil namun harus disesuaikan dengan nafas atau ruh serta karakter masing-masing destinasi wisata.
"Kreativitas sebuah daya tarik wisata di daerah lain boleh kok ditiru namun harus disesuaikan dengan karakter masing-masing. Jangan ditiru plek keteplek, namun dimodifikasi sesuai ruhnya, nafas yang akan dibawa pengelola," tukasnya.
Direktur PT PRPP yang mengelola Grand Maerakaca, Titah Listyorini berbagi pengalamannya mengurus sertifikasi CHSE. Dengan adanya sertifikasi, destinasinya berarti sudah diakui memiliki jaminan kebersihan, keamanan dan kesehatan serta kelestarian lingkungan.
"Memang panjang dan harus cepat karena hanya sekitar 2 pekan prosesnya. Namun jika sudah disiapkan dengan baik dan lengkap, pasti cepat. Total ada 39 item dari berbagai kategori yang harus kami penuhi," ujar Titah.
Ia pun mendorong rekan-rekan pengelola daya tarik wisata lain untuk segera menyelesaikan proses sertifikasi ini. Dengan demikian, baik pengelola maupun pengunjung memiliki jaminan dan rasa aman serta nyaman saat berwisata.
Kepala Disbudpar Kota Semarang, Indriyasari menegaskan betapa Bintek CHSE ini sangat penting diikuti dan dipahami seluruh peserta. Sebanyak 16 sub sektor industri kreatif di Kota Semarang yang mendapatkan bimbingan teknis ini.
"Ini bentuk perhatian pemerintah untuk menggerakkan sektor ekonomi pariwisata di tengah badai pandemi Covid-19. Agar pelaku pariwisata tetap dapat berusaha dan terus berkreasi melahirkan produk wisata yang berkualitas," tandas Iin, sapaan akrabnya. (red/e2)
Tidak ada komentar