Optimalkan Pamsimas Hadapi Musim Kemarau
satumenitnews.com - Menghadapi musim kemarau panjang tahun ini, sejumlah desa di wilayah Kecamatan Kaliwungu sudah mulai mempersiapkan diri. Salah satunya mengoptimalkan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) untuk kebutuhan air bersih di desa setempat.
‘’Diharapkan saat musim kemarau, sumber daya air itu dapat dioptimalkan,’’ jelas Satria.
Pihaknya menjelaskan, saat ini Desa Setrokalangan telah memiliki dua sumur Pamsimas yakni di Dukuh Setro dan Kalangan. Sedang untuk Dukuh Karangturi, pihak pemerintah desa setempat sedang mengajukan bantuan ke Pemerintah Provinsi Jateng.
Desa Banget, sambung Satria, sudah memiliki tiga titik sumur, Desa Kaliwungu dua titik sumur, Desa Kedungdowo dua titik sumur dan Desa Blimbing Kidul memiliki tiga titik sumur Pamsimas.
‘’Kami akan terus berkoordinasi dengan semua pihak, agar warga memperoleh layanan air bersih dengan kualitas yang baik,’’ ujarnya.
Sementara Kepala Desa Banget, Slamet Widodo mengatakan, dari tiga sumur Pamsimas itu, dua diantaranya dibangun pada tahun 2009-2012. Kemudian sumur ketiga dibangun pada akhir 2012, namun baru bisa dioperasionalkan pada 2018 lalu.
‘’Untuk mencukupi kebutuhan air bersih di rumah warga, sebenarnya kami membutuhkan ada 4 sumur pamsimas,’’ jelasnya.
Widodo menjelaskan, jumlah penduduk di Desa Banget sebanyak 1.465 kepala keluarga (KK). Dari sumur Pamsimas yang mempunyai debit 2 liter per detik hingga 3 liter per detik itu, hanya mampu mendistribusikan air bersih ke 200 KK.
‘’Kalau untuk kualitas air cukup bagus dan baik untuk konsumsi,’’ jelasnya.
Pengelola Pamsimas Desa Banget, Tolikan mengatakan, beban puncak penggunakan air bersih pagi pukul 05.00-pukul 08.00 dan sore pukul 05.00-pukul 16.00. Saat itu, kucuran air bersih dari sumur berkurang akibat digunakan hampir bersamaan oleh warga.
‘’Kalau untuk penurunan debit, biasanya terjadi sekitar September. Dari 2 liter per detik menjadi 1,5 liter per detik,’’ ungkapnya.
Meski demikian, sampai saat ini warga masih dapat memanfaatkan air bersih dari sumur Pamsimas. Sehingga sejak 2014 lalu, Pemdes Banget tidak meminta bantuan droping air bersih dan cukup mengandalkan sumur pamsimas selama musim kemarau.
‘’Kualitasnya bagus, biayanya cukup terjangkau bagi warga. Abonemen Rp 3.000 per bulan. Jika warga hanya menggandalkan air sumur Pamsimas, setiap bulan biaya berlangganan dikisaran Rp 50 ribu-Rp 100 ribu,’’ paparnya.
Diakui, dari 1.465 KK itu belum semua taraliri air bersih yang bersumber dari sumur Pamsimas. Sehingga butuh penambahan dua sumur lagi, agar semua rumah bisa langsung teraliri air bersih.
‘’Anggaran pembuatan sumur Pamsimas dan infrastrukturnya, butuh sekitar Rp 600 juta per sumur,’’ jelasnya. (red)
Kepala Desa Banget Slamet Widodo didampingi pengelola Pamsimas Desa Banget menunjukkan kualitas
air dari sumur Pamsimas.
Optimalkan Pamsimas Hadapi Musim Kemarau
KUDUS - Camat Kaliwungu, Satria Agus Himawan mengatakan, dari 15 desa di wilayah Kecamatan Kaliwungu, terdapat lima desa yang setiap musim kemarau selalu kekeringan dan hanya mengandalkan Pamsimas. Lima desa itu, Desa Setrokalangan, Banget, Kaliwungu, Kedungdowo dan Blimbing Kidul.‘’Diharapkan saat musim kemarau, sumber daya air itu dapat dioptimalkan,’’ jelas Satria.
Pihaknya menjelaskan, saat ini Desa Setrokalangan telah memiliki dua sumur Pamsimas yakni di Dukuh Setro dan Kalangan. Sedang untuk Dukuh Karangturi, pihak pemerintah desa setempat sedang mengajukan bantuan ke Pemerintah Provinsi Jateng.
Desa Banget, sambung Satria, sudah memiliki tiga titik sumur, Desa Kaliwungu dua titik sumur, Desa Kedungdowo dua titik sumur dan Desa Blimbing Kidul memiliki tiga titik sumur Pamsimas.
‘’Kami akan terus berkoordinasi dengan semua pihak, agar warga memperoleh layanan air bersih dengan kualitas yang baik,’’ ujarnya.
Sementara Kepala Desa Banget, Slamet Widodo mengatakan, dari tiga sumur Pamsimas itu, dua diantaranya dibangun pada tahun 2009-2012. Kemudian sumur ketiga dibangun pada akhir 2012, namun baru bisa dioperasionalkan pada 2018 lalu.
‘’Untuk mencukupi kebutuhan air bersih di rumah warga, sebenarnya kami membutuhkan ada 4 sumur pamsimas,’’ jelasnya.
Widodo menjelaskan, jumlah penduduk di Desa Banget sebanyak 1.465 kepala keluarga (KK). Dari sumur Pamsimas yang mempunyai debit 2 liter per detik hingga 3 liter per detik itu, hanya mampu mendistribusikan air bersih ke 200 KK.
‘’Kalau untuk kualitas air cukup bagus dan baik untuk konsumsi,’’ jelasnya.
Pengelola Pamsimas Desa Banget, Tolikan mengatakan, beban puncak penggunakan air bersih pagi pukul 05.00-pukul 08.00 dan sore pukul 05.00-pukul 16.00. Saat itu, kucuran air bersih dari sumur berkurang akibat digunakan hampir bersamaan oleh warga.
‘’Kalau untuk penurunan debit, biasanya terjadi sekitar September. Dari 2 liter per detik menjadi 1,5 liter per detik,’’ ungkapnya.
Meski demikian, sampai saat ini warga masih dapat memanfaatkan air bersih dari sumur Pamsimas. Sehingga sejak 2014 lalu, Pemdes Banget tidak meminta bantuan droping air bersih dan cukup mengandalkan sumur pamsimas selama musim kemarau.
‘’Kualitasnya bagus, biayanya cukup terjangkau bagi warga. Abonemen Rp 3.000 per bulan. Jika warga hanya menggandalkan air sumur Pamsimas, setiap bulan biaya berlangganan dikisaran Rp 50 ribu-Rp 100 ribu,’’ paparnya.
Diakui, dari 1.465 KK itu belum semua taraliri air bersih yang bersumber dari sumur Pamsimas. Sehingga butuh penambahan dua sumur lagi, agar semua rumah bisa langsung teraliri air bersih.
‘’Anggaran pembuatan sumur Pamsimas dan infrastrukturnya, butuh sekitar Rp 600 juta per sumur,’’ jelasnya. (red)
Post Comment
Tidak ada komentar