satumenitnews.com - Drama teatrikal yang menggambarkan situasi pandemi pada masa lampau dimainkan oleh seluruh karyawan karyawati Dinas Komunikasi dan Informatika Wonosobo, Drama teatrikal tersebut sebagai persembahan perayaan Ambal Warsa alias Ulang Tahun ke 195 Kabupaten Wonosobo. Masyarakat Wonosobo dapat menonton drama sepanjang hampir 30 menit yang ditayangkan pada You Tube Pemkab Wonosobo Official WEB bertepatan dengan Hari Jadi Wonosobo, Jumat (24/7/2020).
"Semua berawal dari kealpaan kita sendiri yang selama beberapa warsa terakhir tidak menggelar Merti Desa sebagai bentuk memuji dan rasa syukur atas panen melimpah warga desa," tutur Ki Jogoboyo dalam gelar pisowanan bersama para pemangku dusun.
Atas inisiatif Ki Jogoboyo pula, kisruh yang menimpa Dusun Ledhok kemudian diurai, dengan kembali menggelar Merti Desa, yang juga diiringi dengan do'a bersama dan tarian Lengger sebagai wujud dari masih adanya rasa syukur segenap warga. Pada akhirnya memala bisa sirna, Dusun Ledhok kembali makmur, warga sehat, kembali tenang saat bekerja dan panen pun melimpah ruah. Begitulah sepenggal kisah dalam Drama teatrikal yang dimainkan oleh seluruh karyawan karyawati Dinas Komunikasi dan Informatika Wonosobo.
Kepala Dinas Kominfo, Eko Suryantoro ketika ditemui disela pengambilan gambar, Kamis (23/7/2020) menyebut inisiatif untuk mempersembahkan drama tradisional, tak lepas dari keinginan jajaran pegawai untuk Mangayubagyo, atau turut berbahagia dan mendoakan Kabupaten Wonosobo, agar di usia ke 195, agar semakin kuat, tangguh, semakin maju, semakin sejahtera dan mandiri, meski saat ini Wonosobo tak luput dari keprihatinan akibat Pandemi Covid-19.
"Kami dengan dibantu para seniman di Forum Komunikasi Media Tradisional (FK Metra) menggagas drama ini dalam waktu seminggu terakhir, sekaligus merancang skenario hingga pengambilan gambarnya," terang Eko. Dengan disengkuyung oleh seluruh pegawai, akhirnya pengambilan gambar bisa diselesaikan dalam 2 hari, karena dikerjakan setelah jam kerja, atau pukul 16.00 WIB.
Eko Suryantoro berharap, drama itu mampu menjadi hiburan bagi warga, mengingat untuk rangkaian peringatan Hari Jadi ke 195 yang masih dalam suasana pandemi, memang pemkab tidak menggelar secara meriah sebagaimana lazimnya tahun tahun sebelumnya yang selalu melibatkan warga masyarakat.
Dalang, atau sutradara drama, Bambang Sutejo menambahkan perihal gagasan mengangkat cerita Memala di Dusun Ledok, Plobangan. Menurutnya, memala atau pagebluk menjadi gambaran dari munculnya wabah Covid-19 yang telah memukul setiap sendi kehidupan warga masyarakat Wonosobo.
Sementara, dipilihnya Desa Plobangan, adalah agar warga masyarakat paham dengan sejarah berdirinya Kabupaten Wonosobo yang berawal dari dusun itu, 195 tahun silam. "Ini drama penggambaran kehidupan di tengah suasana pagebluk atau pandemi wabah yang juga sarat dengan cerita sejarah awal berdirinya kabupaten Wonosobo," tutur Bambang.
Para pemeran dari setiap karakter merupakan karyawan karyawati Dinas Komunikasi dan Informatika Wonosobo, diakui Bambang memberikan tantangan tersendiri karena semua pemeran belum pernah bermain drama tradisional. Namun dengan gotong-royong, saling dukung dan komitmen bersama untuk Wonosobo, hal itu menurutnya tak menjadi kendala berarti. "Semoga bisa menjadi tontonan sekaligus tuntunan yang menghibur dan mengedukasi, serta membuka wawasan tentang kesejarahan Kabupaten kita tercinta ini," pungkasnya. (red)
![]() |
Salah satu adegan drama teatrikal "Sirnaning Memala" |
Video Drama Teatrikal "Sirnaning Memala" Dipersembahan Diskominfo Untuk 195 Tahun Wonosobo
Wonosobo,- Dusun Ledok, Desa Plobangan di Negeri Saba geger, setelah sejumlah warga diketahui sakit mendadak, dan bahkan sebagian dari mereka tiba-tiba meninggal dunia. Warga dusun yang sebelumnya tenang, nyaman, gemah ripah loh jinawi, mendadak dicekam rasa takut, panik, cemas dan sedih bercampur aduk dalam benaknya. Mereka diminta untuk tidak keluar rumah, tidak beraktifitas baik bertani maupun berdagang, sehingga banyak yang mendadak jatuh miskin, bahkan sekedar memenuhi kebutuhan makan sehari-hari nya pun kesulitan. Beruntung, di tengah kondisi yang kian memprihatinkan itu, Ki Jogoboyo, sesepuh sekaligus penanggung jawab ketenteraman desa segera menemukan asal muasal penyebab munculnya pageblug tersebut."Semua berawal dari kealpaan kita sendiri yang selama beberapa warsa terakhir tidak menggelar Merti Desa sebagai bentuk memuji dan rasa syukur atas panen melimpah warga desa," tutur Ki Jogoboyo dalam gelar pisowanan bersama para pemangku dusun.
Atas inisiatif Ki Jogoboyo pula, kisruh yang menimpa Dusun Ledhok kemudian diurai, dengan kembali menggelar Merti Desa, yang juga diiringi dengan do'a bersama dan tarian Lengger sebagai wujud dari masih adanya rasa syukur segenap warga. Pada akhirnya memala bisa sirna, Dusun Ledhok kembali makmur, warga sehat, kembali tenang saat bekerja dan panen pun melimpah ruah. Begitulah sepenggal kisah dalam Drama teatrikal yang dimainkan oleh seluruh karyawan karyawati Dinas Komunikasi dan Informatika Wonosobo.
Kepala Dinas Kominfo, Eko Suryantoro ketika ditemui disela pengambilan gambar, Kamis (23/7/2020) menyebut inisiatif untuk mempersembahkan drama tradisional, tak lepas dari keinginan jajaran pegawai untuk Mangayubagyo, atau turut berbahagia dan mendoakan Kabupaten Wonosobo, agar di usia ke 195, agar semakin kuat, tangguh, semakin maju, semakin sejahtera dan mandiri, meski saat ini Wonosobo tak luput dari keprihatinan akibat Pandemi Covid-19.
"Kami dengan dibantu para seniman di Forum Komunikasi Media Tradisional (FK Metra) menggagas drama ini dalam waktu seminggu terakhir, sekaligus merancang skenario hingga pengambilan gambarnya," terang Eko. Dengan disengkuyung oleh seluruh pegawai, akhirnya pengambilan gambar bisa diselesaikan dalam 2 hari, karena dikerjakan setelah jam kerja, atau pukul 16.00 WIB.
Eko Suryantoro berharap, drama itu mampu menjadi hiburan bagi warga, mengingat untuk rangkaian peringatan Hari Jadi ke 195 yang masih dalam suasana pandemi, memang pemkab tidak menggelar secara meriah sebagaimana lazimnya tahun tahun sebelumnya yang selalu melibatkan warga masyarakat.
Dalang, atau sutradara drama, Bambang Sutejo menambahkan perihal gagasan mengangkat cerita Memala di Dusun Ledok, Plobangan. Menurutnya, memala atau pagebluk menjadi gambaran dari munculnya wabah Covid-19 yang telah memukul setiap sendi kehidupan warga masyarakat Wonosobo.
Sementara, dipilihnya Desa Plobangan, adalah agar warga masyarakat paham dengan sejarah berdirinya Kabupaten Wonosobo yang berawal dari dusun itu, 195 tahun silam. "Ini drama penggambaran kehidupan di tengah suasana pagebluk atau pandemi wabah yang juga sarat dengan cerita sejarah awal berdirinya kabupaten Wonosobo," tutur Bambang.
Para pemeran dari setiap karakter merupakan karyawan karyawati Dinas Komunikasi dan Informatika Wonosobo, diakui Bambang memberikan tantangan tersendiri karena semua pemeran belum pernah bermain drama tradisional. Namun dengan gotong-royong, saling dukung dan komitmen bersama untuk Wonosobo, hal itu menurutnya tak menjadi kendala berarti. "Semoga bisa menjadi tontonan sekaligus tuntunan yang menghibur dan mengedukasi, serta membuka wawasan tentang kesejarahan Kabupaten kita tercinta ini," pungkasnya. (red)
Tidak ada komentar