Breaking News

Pihak Ojol Angkat Bicara Soal Demo Pelarangan Angkutan Berbasis Online

Pihak Ojol Angkat Bicara Soal Demo Pelarangan Angkutan Berbasis Online - Setelah ribuan anggota Organda dan Ojeg Pangkalan melakukan aksi turun kejalan untuk menolak angkutan berbasis online, Kamis (3/01), giliran Partner Acquisition & Engagement Grab Wonosobo, Madina angkat bicara mengenai aksi yang menentang adanya angkutan roda empat dan roda dua berbasis online tersebut.

Pewarta. Anji

Pihak Ojol Angkat Bicara Soal Demo Pelarangan Angkutan Berbasis Online

Pihak Ojol Angkat Bicara Soal Demo Pelarangan Angkutan Berbasis Online

Wonosobo - Disperkimhub Wonosobo sehari sebelum adanya Aksi Organda dan Opang (Ojeg Pangkalan) turun kejalan telah mengirimkan permintaan kepada Muhammad Nuruddin Al Madina selaku Partner Acquisition & Engagement Grab Wonosobo untuk menghentikan kegiatan pada tanggal 3 Januari 2019 mulai pukul 07.00 sampai 00.00 Wib berdasarkan rakor aparat pengamanan di ruang KRT Tjokro  Hadi Suryo Kantor Setda Wonosobo, Rabu (2/01).

Muhammad Nuruddin Al Madina atau biasa akrab dipanggil Madina sebagai Partner Acquisition & Engagement Grab Wonosobo saat ditemui pewarta satumenitnews.com mengaku menanggapi aksi penolakan tersebut dengan memberi pengertian dan memohon rekan-rekannya yang tergabung dalam Grab untuk besabar dan menuruti permintaan pemerintah untuk "off line".

Simak percakapan wawancara satumenitnews.com dengan Partner Acquisition & Engagement Grab Wonosobo, Madina.

Selamat pagi mas Madina, begini mas, saya ingin tahu tanggapan anda sebagai Partner Acquisition & Engagement Grab Wonosobo tentang aksi turun kejalan Organda dan Opang menuntut pelarangan angkutan berbasis online beroperasi di Wonosobo kemarin.

Madina : Setelah beredar selebaran yang ditempel di angkot dan foto yang juga beredar melalui pesan Whatsapp serta sosial media mengenai aksi demo tersebut kami memang memutuskan untuk "off line" selama dua hari untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan ini juga sekalian memenuhi permintaan dari pemerintah untuk off line selama 1 hari. Bagi kami tidak masalah mereka melakukan aksi turun kejalan, karena itu hak mereka.

Kenapa tidak masalah dengan aksi tersebut, bukankah itu merugikan pihak Ojol?

Madina : Kalau mengatakan rugi ya pasti rugi karena tidak mendapatkan penghasilan selama dua hari, belum lagi nanti setelahnya kami pasti jadi lebih hati-hati bila "on line" untuk menghindari gesekan saat mencari nafkah. Tetapi pasti ada yang lebih dirugikan selain kami para pengemudi Ojol saat dua hari tidak "on line".

Ada yang dirugikan selain pengemudi Ojol, siapa saja itu?

Madina : Sebelum saya menjawab siapa saja yang dirugikan saya ingatkan lagi bahwa Wonosobo merupakan daerah yang curah hujannya tinggi, dari 364 hari sebanyak 185 hari adalah hujan (menjelaskan data dari BPBD dan BMKG). Nah dari dasar itu tidak heran bahwa kemudian layanan kami sangat tinggi di "Grab Food", ada dua ribu lima ratusan tansaksi "Grab Food" perharinya.


Baca Juga : Organda Wonosobo Dan Ojeg Pangkalan Demo Tolak Ojeg Online


Dibandingkan dengan tansaksi "food", lebih banyak mana dengan transaksi penumpang?

Madina : Kalau itu lebih banyakan transaksi "Grab Food" karena transaksi penumpang hanya dikisaran delapan ratus transakasi perharinya. Di "Grab Food" Wonosobo menempati urutan ke 4 Setelah  Jogja, Solo dan Sleman.

Jadi maksud anda yang lebih dirugikan adalah para pengusaha makanan, memangnya ada berapa pengusaha makanan yang bekerjasama dengan Grab di Wonosobo?

Madina : Sekarang baru sekitar 200 pelaku UMKM dan 30 yang bekerjasama. Untuk yang bekerjasama kita ada bagi hasilnya sedangkan yang 200 pelaku UMKM itu kita tidak memungut biaya sama sekali. Bayangkan saja bila kita ambil rata-rata pertransaksi di pelaku UMKM Rp. 25.000 di kalikan 2.500, berarti ada perputaran sekitar Rp. 62.500.000 perhari dengan hanya 230 pelaku UMKM.

Berarti tuduhan anggota Organda dan Opal kemarin saat orasi dalam aksi menuntut pelarangan angkutan berbasis on line kepada pemerintah tidak terbukti bahwa ojol tidak menyumbang PAD di Wonosobo, lalu apa tindakan anda selaku Partner Acquisition & Engagement Grab Wonosobo setelah ini?

Madina : Kami tidak akan menuntut balik atau membalas aksi dengan turun ke jalan, biarkan masyarakat dan pemerintah yang menilai sendiri. Kemarin banyak pelaku UMKM yang mengeluh sepi kepada saya dengan "off line"-nya pengemudi Grab selama 2 hari, itu sangat beralasan karena dengan adanya layanan online rata-rata omset mereka naik 80%, jadi bisa dibayangkan ketika layanan "on line" dihentikan.

https://berita.satumenitnews.com/2019/01/pihak-ojol-angkat-bicara-soal-demo.html
iklan

Kenapa tidak melakukan tindakan balasan sedangkan jelas dirugikan, lalu mengapa anda pede sekali menyerahkan penilaian kepada masyarakat?

Madina : Yang jelas kami ingin bisa di terima disemua kalangan, bila kita mengambil tindakan dengan melakukan aksi turun kejalan itu hanya menambah kerugian di masyarakat karena otomotis kita akan kembali "off line". Di sistem kami prioritas pengemudi Grab adalah layanan prima, dari segi harga jasa kami tergolong murah, bila berbicara keamanan semua pengemudi Grab baik yang roda dua maupun roda empat semua ada foto dan datanya saat transaksi, ditambah lagi di sistem semua pengemudi terpantau oleh sistem kami.

Maksud terpantau untuk layanan yang bagaimana, dan untuk murah itu apa itu tidak merugikan pengemudi Grab sendiri?

Madina : Setiap pengemudi Grab mempunyai aturan yang bila dilanggar akan ada sangsi tegas dari manajemen, dan bila anda selesai transaksi pasti ada permintaan rating dan masukan/komentar yang bisa dikirim langsung oleh konsumen.
Sistem kami juga memberikan "reward" kepada pengemudi berdasarkan transaksi, sistem hanya mengambil 20% dari setiap transaksi, itupun dikembalikan lagi nantinya sebagai "reward" untuk pengemudi berdasarkan target transaksi.


Baca juga : Janji Pemkab Wonosobo Atas Tuntutan Pelarangan Angkutan Berbasis Online

Boleh dicontohkan mas penjelasan anda tentang transaksi dan "reward"-nya?

Madina : Saya contohkan saja dilayanan "Grab Food", untuk jasa ongkirnya adalah Rp. 4.000, sistem akan memotong saldo driver sebanyak 20% dari nilai transaksi, jadi driver hanya mendapatkan  Rp. 3.200 per order, tapi dari sistem akan memberikan "reward" pertransaksi "food" sebanyak Rp. 9.000 yang lansung masuk ke saldo pengemudi, jadi total pengemudi mendapatkan Rp. 12.200per transaksi "food".

Dari pihak manajemen apaka tidak rugi mas, bukankah nilai rewardnya jauh dari potongan transaksi yang 20% tersebut?

Madina : (Sambil tersenyum) Ya kita ada kebijakan subsidi silang karena pendapatan utama bukan pada potongan transaksi, bila anda lihat di aplikasi, disitu ada sisipan iklan, itulah pendapatan yang mensubsidi "reward" pengemudi Grab. Jadi tuduhan dalam aksi kemarin bahwa kami mengambil Uang rakyat saat aksi menuntut penutupan jasa angkutan berbasis "on line" adalah sangat ngawur.

Saya baru tahu bahwa sistemnya seperti itu, tapi dalam aksi tanggal 3 Januari kemarin para Opang mengaku gaptek, menurut anda bagaimana?

Madina : Sebenarnya awal kita masuk Wonosobo kita sudah mengajak mereka berdiskusi, bila mereka mengatakan gaptek itu kurang tepat sebab sebagian besar Opang mengunakan Android, bahkan saat aksi kemarin banyak yang "live Instagram" ataupun "Facbook", jadi itu sangat tidak beralasan.

Pertanyaan terakhir mas Madina, syarat gabung di Grab butuh biaya berapa?

Madina : Gratis mas! Hanya mengganti atribut  seperti  jaket dan helm senilai Rp. 280.000, itupun bisa dicicil 40X.


Silahkan isi komentar di kolom bawah mengenai Pihak Ojol Angkat Bicara Soal Demo Pelarangan Angkutan Berbasis Online. Satu komentar anda sangat berarti bagi kami.

Tidak ada komentar

Terbaru

 Pemerintah Kabupaten Wonosobo mengaku telah memperkenalkan program penataan dan penguatan Kawasan 5 Dieng Baru kepada Kemenparekraf beberap...