Breaking News

20 TAHUN DERITA RADANG SENDI AKUT

Agus Purnomo menyerahkan amanah dari donatur kepada bu Sri dan anaknya 

Derita tak berkesudahan, kalimat pendek itu mungkin tepat dialamatkan kepada Ismawati (36). Perempuan warga RT 4 RW 3 Kampung Sumberan Selatan, Kelurahan Wonosobo Barat itu sudah lebih dari 20 tahun harus menjalani hari-harinya dalam kelumpuhan akibat penyakit radang persendian kronis, alias rheumatoid artritis. 

Kini, Ismawati yang tinggal bersama ibundanya Sri Rohasiah di rumah tak layak huni, hidup mengandalkan belas kasihan tetangga dilingkungannya. “Kalau untuk pengobatan sudah ditanggung oleh BPJS dan selama setahun ini juga menjalani rawat jalan ke Rumah Sakit Margono Purwokerto, yang membayar BPJS BMT Marhamah dan BMT Al Huda,” tutur Sri Rohasiyah saat menemui penggiat Sosial Agus Purnomo dan sejumlah Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) yang menyambangi rumahnya pada Senin (2/4/2018). 


Sri Rohasiyah yang awalnya berprofesi sebagai buruh cuci mengaku sudah pasrah terhadap nasib. “Permintaan sebagai buruh cuci di rumah tetangga sekarang juga sudah jarang saya terima karena banyak yang sudah memiliki mesin cuci sendiri,” imbuh Sri.

Nasib malang mereka, dituturkan Sri sudah diawali sejak Ismawati dalam kandungan. Pada usia kandungan belum genap 7 bulan, Sri mengaku tiba-tiba suaminya yang bernama Iswardi pergi dari rumah tanpa pamit. “Suami saya asli Padang, Sumatera Barat dan sampai hari ini tidak pernah berkirim kabar sejak pergi meninggalkan rumah,” ungkapnya. 

Baik ia maupun anaknya mengaku sangat merindukan kehadiran Iswardi dan selalu berdoa agar Tuhan memberikan keselamatan kepadanya. Di rumah sempit seluas hanya 3 x 6 meter persegi itu, Ismawati sangat jarang tidur karena sering didera rasa nyeri berkepanjangan, menurut Sri radang sendi yang menyerang anaknya juga membuat jari-jari kaki dan tangannya memendek.

Meski demikian, Sri bercerita bahwa anaknya masih berupaya untuk bekerja di salah satu pusat perbelanjaan di Kota Wonosobo yang kini sudah tutup karena ijin kontrak dengan Pemerintah Kabupaten tak lagi diperpanjang. “Sempat dulu bekerja di Swalayan, karena pihak manajemen memiliki kebijakan untuk menerima difabel sebagai karyawan, namun sekarang sudah tidak lagi setelah tidak lagi beroperasi,” tuturnya

Melihat kondisi Ibu dan anak tersebut, aktivis sosial Agus Purnomo mengaku sangat prihatin, kedatangannya bersama para TKSK adalah untuk menyalurkan bantuan dari sejumlah donatur demi meringankan beban kehidupan mereka. “Jelas ini sangat layak kami beri bantuan, dan memang layak untuk mendapatkan pendampingan karena kondisi mereka berada dalam keterbatasan,” tutur Agus. 

Bersama para relawan sosial dan TKSK, Agus mengaku akan mengupayakan agar Ismawati dan Ibunya dapat bertemu dengan sang ayah. “Mungkin kami akan berusaha menghubungi salah satu stasiun televisi Nasional agar pencarian sosok ayah yang hilang dapat difasilitasi pencariannya,” lanjut Agus.

Koordinator TKSK Kabupaten Wonosobo, Tri Purwanto juga menyebut pihaknya mendapat laporan perihal kondisi Ismawati dan Sri Rohasiyah dari masyarakat Sumberan. “Selama ini bu Sri dan Ismawati belum mendapatkan dana asistensi sosial, setelah ini kami akan berupaya agar kedepan mereka mendapatkan dana asistensi untuk meringankan beban hidup mereka,” pungkas Tri. (***)


Tidak ada komentar

Terbaru

 Pemerintah Kabupaten Wonosobo mengaku telah memperkenalkan program penataan dan penguatan Kawasan 5 Dieng Baru kepada Kemenparekraf beberap...