satumenitnews.com Mashita Cherani Asaat Said Ali (30), anggota Polisi Wanita yang bertugas di Biro SDM Polda Sulawesi Tengah. Meski baru berpangkat Bintara Tingkat III (Brigadir), namun pengalaman yang didapat cukup mengesankan yakni menjadi Pasukan Perdamaian Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Sudan, Afrika.
Brigadir Polisi Mashita Cherani Asaat Said Ali belajar bersama anak-anak warga Golo, Sudan, Afrika.
Kisah Brigadir Mashita, Lima Hari Setelah Menikah Ditugaskan Ke Sudan
KUDUS - Shita (sapa akrab Mashita Cherani Asaat Said) menceritakan, selama satu tahun enam bulan menjadi pasukan Garuda untuk misi pra operasi United Nations-African Union Mision in Darfur (UNAMID) itu, dirinya merasa bersyukur menjadi Warga Indonesia yang situasinya damai, berbanding terbalik dengan Sudan yang menjadi tempat tugasnya beberapa waktu yang lalu.‘’Saya berangkat tanggal 8 Maret 2019 dan baru pulang 6 September 2020 kemarin,’’ kata Shita saat ditemui di rumah dinas Kapolres Kudus baru-baru ini.
Dia menuturkan, anggota Polri yang ditunjuk menjadi Pasukan Perdamaian PBB pada angkatan XI sebanyak 140 orang, 15 orang diantaranya merupakan Polisi wanita. Sedang tugas dari PBB untuk Satgas Garuda Bhayangkara 11 FPU, adalah mengamankan dan mengawal masyarakat yang tidak terlibat konflik.
Selama melaksanakan tugas, sambungnya, setiap anggota diwajibkan mengenakan pelindung diri dan membawa senjata, termasuk saat berada di dalam kamp. Tujuannya, untuk melindungi diri agar tidak terkena peluru nyasar saat pemerintah dengan pemberontak melakukan baku tembak. Kurang lebih 12 kg total beban yang dibopongnya setiap hari.
‘’Itu (memakai pelindung diri) sudah menjadi aturan dari PBB,’’ jelasnya.
Setibanya di tanah air, Polwan kelahiran Surabaya, 4 Agustus 1990 ini pun merasa menemui kemerdekaan. Sebab bisa berkumpul lagi dengan keluarga dan suami tercinta yakni AKBP Aditya. Bahkan sumber daya alam (SDA), terutama air di Indonesia cukup melimpah.
Di Sudan, katanya, saat musim kemarau, setiap orang dijatah hanya satu ember air untuk mandi dan mencuci pakaian. Komunikasi pun sangat sulit, karena tidak ada sinyal, anggota hanya diberi waktu bicara dengan keluarga di Indonesia empat hari sekali.
‘’Untuk komunikasi tidak bisa setiap hari, sehingga tidak banyak yang bisa diomongkan dengan bapak (suami). Setiap pleton digilir empat hari sekali,’’ ungkap anak kedua dari pasangan suami-istri Muhammad Asaat Said Ali dan Maryam.
Shita menuturkan, mengingat jadwal keberangkatannya ke Sudan, tepat lima hari setelah melangsungkan akad pernikahan dengan Kapolres Kudus AKBP Aditya Surya Dharma yakni pada 24 Februari 2019 lalu. Ia pun mengaku belum sempat melangsungkan resepsi pernikahan dan bulan madu bersama suami tercintanya itu.
Untuk itu, katanya, sambil menunggu pandemi covid-19 mereda, rencana resepsi dan bulan madu tengah ia bicarakan bersama suaminya. Selepas pulang bertugas ia merasakan ketenangan bersama keluarga, ia pun sesekali pergi jalan-jalan ke mall di Kudus untuk sekedar menghilangkan penat.
‘’Rencana setelah pulang ini, menungu pandemi covid-19 mereda. Sementara yang dapat dilakukan jalan-jalan ke mall,’’ tutup Shita yang hobi berpetualang ini. (red/E2)
Tidak ada komentar