Breaking News

Padi Gogo, Komoditas Pertanian Desa Maron Yang Hilang

satumenitnews.com - Ditengah merosotnya harga sayur-sayuran dimasa pamdemi Covid-19, Joko Susilo, ketua Karang Taruna Persada Desa Maron sebut pernah ada suatu masa padi Gogo menjadi komoditas pertanian di desanya, Kamis (24/09).


Padi Gogo, Komoditas Pertanian Desa Maron Yang Hilang

Wonosobo, - Selama pandemi komiditas pertanian di Desa Maron dan sekitarnya jarang di panen, hal ini disebabkan harga sayuran anjlok hingga harga yang tidak relevan. Joko Susilo, Ketua Karang Taruna Persada Desa Maron yang juga pengelola Bagas Luxury camp menceritakan kisah menyedihkan tersebut.

"Mayoritas petani di Desa Maron dan sekitarnya menanam sayuran, hampir semua jenis sayur harganya turun hingga untuk menutupi ongkos panen tidak mampu. Jadi banyak hasil panen yang dibiarkan membusuk di ladang," ungkap Joko.

Ditingkat petani salah satu komoditas pertanian yang sempat menjadi primadona di Desa Maron yaitu labu Siam (waluh jipang) dihargai 50 rupiah per kilogramnya. Sedangkan kol, tomat, sawi harganya dibawah 1000 rupiah per kilogram. 

"Sangat memprihatikan kondisi petani sayur saat ini, kebanyakan akhirnya tidak dipanen dan dibiarkan saja di ladang. Kadang sampai kami mengarahkan tamu yang menginap di Bagas Luxury camp untuk membeli sayuran dengan harga pantas langsung ke petani, dan mereka memetik sendiri di ladang," kata Joko.

Dalam sejarah pertanian di Desa Maron menurut Joko ini merupakan sejarah terkelam yang membuat petani tak berkutik disebabkan harga yang lebih rendah dari modal. Disinggung tentang komoditas pertanian di desanya Joko mengatakan ada beberapa komoditas yang hilang atau sudah ditinggalkan oleh petani seperti padi Gogo.

"Dulu masih banyak yang menanam padi Gogo, baik sebagai tanaman tumpangsari maupun tanaman pokok di ladang, bahkan masih ada temuan lesung untuk menumbuk padi di sekitar telaga selain beberapa warga masih menyimpan alat tersebut. Tetapi sekarang sudah ditinggalkan karena permintaan pasar lebih banyak ke sayur-mayur," bebernya.

Joko berharap pandemi ini sebagai pembelajaran bersama untuk mengkaji ulang komoditas pertanian, jangan hanya memikirkan soal keuntungan yang bergantung pada pasar. Tetapi juga harus memikirkan kearifan untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

"Minimal hasil pertanian untuk dikonsumsi sendiri, kalo seperti beras (padi) tidak laku dijual ya kita makan sendiri," ucap Joko. (red).

Tidak ada komentar

Terbaru

 Pemerintah Kabupaten Wonosobo mengaku telah memperkenalkan program penataan dan penguatan Kawasan 5 Dieng Baru kepada Kemenparekraf beberap...