satumenitnews.com -
Jelang musim panen, ratusan hektare tanaman padi siap panen milik sejumlah petani di Desa Wates, Kecamatan Undaan Kudus diserang wereng dan penggerek batang. Hampir semua padi di lahan seluas 420 hektare terancam gagal panen diserbu serangga perusak tanaman padi tersebut.

"Perkiraan panen sepekan lagi, sehingga penyemprotan pestisida terus dilakukan sampai masa panen,’’ ujar Zuhri, belum lama ini. Untuk pembelian pestisida, sambungnya, setiap petani harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 4 juta. Diakui, harga pestisida saat ini ada lonjakan dibanding sebelumnya. "Biasa petani hanya mengeluarkan biaya sekitar Rp 2 juta sampai Rp 3 juta,’’ jelasnya.
Menurut Zuhri, bertambahnya hama di tanaman padi di blok Kauman dan Tegong Mulyo pada MT II tahun ini, sudah diprediksi petani sejak awal karena masa tanam MT II mundur. Seharunya, masa tanam MT II dimulai awal Februari hingga awal Maret 2020 menjadi awal April.
"Mundurnya jadwal masa tanam ini berdampak pada masa panen, yang seharusnya tuntas di bulan Juni-Juli. Karena mundur, diperkirakan baru terlaksana di pertengahan Agustus,’’ paparnya.
Pihaknya berharap, jadwal MT I periode mendatang tidak mundur lagi. Petani khawatir, jika terjadi kemunduran tidak hanya peningkatan populasi hama saja tetapi banjir yang menggenang di lahan pertanian di Desa Wates.
"Kalau MT I periode mendatang mundur, petani khawatir tidak hanya hama tetapi bertepatan dengan musim banjir,’’ tandasnya.
Sementara itu, pemerhati persoalan pertanian, Muhammad Nur mengatakan, pemerintah maupun pihak terkait yang mempunyai otoritas pembagian irigasi air teknis Waduk Kedungombo harus turun tangan dan ikut menyelesaikan persoalan di tengah petani.
Agar jadwal MT I periode berikutnya berjalan sesuai rencana. "Kami berharap persoalan ini tidak terjadi lagi,’’ kata Nur.
Lebih lanjut, dia juga menyoroti soal pembangunan infrastruktur pertanian yang harus segera direalisasikan. Dia mencontohkan, sampai saat ini kawasan pertanian di Kota Kudus belum dilengkapi jalan usaha tani (JUT).
Jelang musim panen, ratusan hektare tanaman padi siap panen milik sejumlah petani di Desa Wates, Kecamatan Undaan Kudus diserang wereng dan penggerek batang. Hampir semua padi di lahan seluas 420 hektare terancam gagal panen diserbu serangga perusak tanaman padi tersebut.

Jelang Musim Panen, Ratusan Hektare Lahan Pertanian Diserbu Hama
KUDUS - Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Wates, Muhammad Zuhri mengatakan, tanaman padi yang diserang wereng terpantau di blok kauman, sedang untuk penggerek batang mengancam lahan pertanian di blok Tegong Mulyo. Demi menyelamatkan padinya, petani harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli pestisida."Perkiraan panen sepekan lagi, sehingga penyemprotan pestisida terus dilakukan sampai masa panen,’’ ujar Zuhri, belum lama ini. Untuk pembelian pestisida, sambungnya, setiap petani harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 4 juta. Diakui, harga pestisida saat ini ada lonjakan dibanding sebelumnya. "Biasa petani hanya mengeluarkan biaya sekitar Rp 2 juta sampai Rp 3 juta,’’ jelasnya.
Menurut Zuhri, bertambahnya hama di tanaman padi di blok Kauman dan Tegong Mulyo pada MT II tahun ini, sudah diprediksi petani sejak awal karena masa tanam MT II mundur. Seharunya, masa tanam MT II dimulai awal Februari hingga awal Maret 2020 menjadi awal April.
"Mundurnya jadwal masa tanam ini berdampak pada masa panen, yang seharusnya tuntas di bulan Juni-Juli. Karena mundur, diperkirakan baru terlaksana di pertengahan Agustus,’’ paparnya.
Pihaknya berharap, jadwal MT I periode mendatang tidak mundur lagi. Petani khawatir, jika terjadi kemunduran tidak hanya peningkatan populasi hama saja tetapi banjir yang menggenang di lahan pertanian di Desa Wates.
"Kalau MT I periode mendatang mundur, petani khawatir tidak hanya hama tetapi bertepatan dengan musim banjir,’’ tandasnya.
Sementara itu, pemerhati persoalan pertanian, Muhammad Nur mengatakan, pemerintah maupun pihak terkait yang mempunyai otoritas pembagian irigasi air teknis Waduk Kedungombo harus turun tangan dan ikut menyelesaikan persoalan di tengah petani.
Agar jadwal MT I periode berikutnya berjalan sesuai rencana. "Kami berharap persoalan ini tidak terjadi lagi,’’ kata Nur.
Lebih lanjut, dia juga menyoroti soal pembangunan infrastruktur pertanian yang harus segera direalisasikan. Dia mencontohkan, sampai saat ini kawasan pertanian di Kota Kudus belum dilengkapi jalan usaha tani (JUT).
Hal itu menyebabkan mobilisasi hasil pertanian terhambat dan berdampak pada peningkatan biaya panen. "Jika sudah ada fasilitas JUT, proses pengangkutan hasil pertanian lebih mudah dan biayanya dapat ditekan,’’ ujar Nur. (red)
Tidak ada komentar