Dinas Lingkungan Hidup Wonosobo Ungkap 40 Persen Air Sungai Tercemar
Dinas Lingkungan Hidup Wonosobo Ungkap 40 Persen Air Sungai Tercemar - Wonosobo, dalam pembukaan Pekan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di pinggir Sungai Serayu jembatan Krasak Selomerto, Kepala DLH Wonosobo, Supriyanto mengungkapkann sebanyak 40 persen air sungai di Kabupaten Wonosobo masuk kategori tercemar, Rabu (25/09).
“Pernah kita sampikan laporan dalam kongres sungai terkait masalah hilangnya mata air yang ada di Wonosobo, dan langkah awal yang akan kita lakukan adalah pengendalian galian C, alih fungsi lahan juga ikut andil berpengaruh atas hilangnya beberapa mata air sehingga perlu juga untuk di kendalikan,” imbuhnya.
Dijelaskan juga bahwa saat ini terdapat sekitar 2000 mata air yang menghilang, "Yang paling banyak sumber mata air hilang itu ada di Kecamatan Kertek. Sebab, disana luasan tanah yang digunakan khusus untuk pengembangan usaha galian C cukup besar. Terus terang karena memang di Kecamatan Kertek ini galian C itu luar biasa. Sehingga disana terjadi pengurangan bahkan debit mata air mati. Jadi pentingnya memahamkan kesadaran ini yang saat ini mesih kita terus gelorakan,” tuturnya.
Sementara itu, Bupati Wonosobo, Eko Purnomo mengaku siap berkomitmen menjaga lingkungan dengan dibantu para penggiat lingkungan hidup untuk terus menjaga kelestarian alam. Komitmen itu sudah ditunjukan dalam beberapa perda yang diterbitkan.
“Kami tentu berterima kasih dengan adanya partisipasi dari penggiat lingkungan dan komunitas pemancing yang getol menjaga kelestarian sungai, agar bebas sampah dan menjaga ikan endemis tidak punah,” pungkasnya. (Anj)
Dinas Lingkungan Hidup Wonosobo Ungkap 40 Persen Air Sungai Tercemar
Puncak acara Pekan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang digelar di pinggir Sungai Serayu, jembatan Krasak, Selomerto, Kepala DLH Wonosobo, Supriyanto mengatakan kualitas dan kuantitas air sungai di Wonosobo yang masih dalam kategori baik sebanyak 60 persen, sedangkan sisanya, 40 persen sudah tercemar. Kondisi tersebut menjadi pekerjaan rumah dari dinas terkait dan masyarakat untuk memperbaiki atau mengurangi.
“Saya kira arah kita untuk tidak menjadikan sungai sebagai tempat sampah, dengan menjaga hal itu harapannya kedepan air sungai dapat menjadi bahan baku untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.
“Kita akui terkait pencemaran sungai seperti limbah sanitasi, industri rumah tangga dan pola tanam dengan penggunaan pestisida sangat tinggi, sehingga mencemari sungai, dan ini menjadi PR bersama” lanjutnya.
Kepala DLH juga menyatakan berkaitan dengan menurunya kuantitas air sungai di Wonosobo, tidak lepas dari kondisi kerusakan alam. Ada kerusakan lingkungan yang menyebabkan ribuan mata air yang hilang, salah satun penyebabnya adalah galian C yang ekploitatif dan tidak teratur, sehingga aliran mata air terputus, bahkan banyak mata air hilang.
“Kita akui terkait pencemaran sungai seperti limbah sanitasi, industri rumah tangga dan pola tanam dengan penggunaan pestisida sangat tinggi, sehingga mencemari sungai, dan ini menjadi PR bersama” lanjutnya.
Kepala DLH juga menyatakan berkaitan dengan menurunya kuantitas air sungai di Wonosobo, tidak lepas dari kondisi kerusakan alam. Ada kerusakan lingkungan yang menyebabkan ribuan mata air yang hilang, salah satun penyebabnya adalah galian C yang ekploitatif dan tidak teratur, sehingga aliran mata air terputus, bahkan banyak mata air hilang.
“Pernah kita sampikan laporan dalam kongres sungai terkait masalah hilangnya mata air yang ada di Wonosobo, dan langkah awal yang akan kita lakukan adalah pengendalian galian C, alih fungsi lahan juga ikut andil berpengaruh atas hilangnya beberapa mata air sehingga perlu juga untuk di kendalikan,” imbuhnya.
Dijelaskan juga bahwa saat ini terdapat sekitar 2000 mata air yang menghilang, "Yang paling banyak sumber mata air hilang itu ada di Kecamatan Kertek. Sebab, disana luasan tanah yang digunakan khusus untuk pengembangan usaha galian C cukup besar. Terus terang karena memang di Kecamatan Kertek ini galian C itu luar biasa. Sehingga disana terjadi pengurangan bahkan debit mata air mati. Jadi pentingnya memahamkan kesadaran ini yang saat ini mesih kita terus gelorakan,” tuturnya.
Sementara itu, Bupati Wonosobo, Eko Purnomo mengaku siap berkomitmen menjaga lingkungan dengan dibantu para penggiat lingkungan hidup untuk terus menjaga kelestarian alam. Komitmen itu sudah ditunjukan dalam beberapa perda yang diterbitkan.
“Kami tentu berterima kasih dengan adanya partisipasi dari penggiat lingkungan dan komunitas pemancing yang getol menjaga kelestarian sungai, agar bebas sampah dan menjaga ikan endemis tidak punah,” pungkasnya. (Anj)
Tidak ada komentar