KOMINFO ADAKAN TRAINING OF TRAINER ANTI HOAX
![]() |
mengatasi perkembangan Hoax dengan training of trainer anti hoax |
Hoax alias berita palsu yang mulai meresahkan di media-media sosial ternyata bisa ditangkal. Kamis (24/5), Dinas Kominfo dan Informatika Wonosobo menggelar Training of Trainer (ToT) dengan tujuan mengedukasi masyarakat dan berharap agar website maupun media sosial dapat menjadi wahana untuk menebar inspirasi, serta konten-konten berita valid dan positif.
Sehingga masyarakat mampu bersikap kritis atas berita hoax yang beredar.
Salah satu nara sumber ToT, praktisi media sosial dari masyarakat anti fitnah Indonesia (Mafindo) Koordinator Wilayah Wonosobo, Astin Meiningsih, menyebut upaya menangkal hoax dapat dilakukan apabila berita yg muncul masih di bawah empat jam dari awal terbitnya. Jika sudah empat jam atau lebih akan sangat sulit menangkalnya karena penyebarannya sudah sangat luas, terutama di platform media sosial seperti facebook, twitter, maupun instagram. Kecepatan hoax menjadi sangat sulit dikendalikan, karena berdasar pada penelitian, jika ada 10 % pengguna internet (atau biasa disebut dengan warganet), pembuat hoax, maka peran penyebarnya mencapai 90 %. Mengingat efek hoax yang berimbas sangat negatif, bahkan pada stabilitas negara, Astin meminta para admin media sosial, khususnya yang ada di Wonosobo turut menebar konten positif demi menangkalnya. Jangan asal share, atau membagikan konten-konten yang ditemukan di media sosial, terlebih apabila konten tersebut menjurus kepada upaya memecah belah, atau bersifat provokatif. Para admin media sosial juga mesti mampu membuat konten-konten positif berisi ajakan menjaga kedamaian, produktif serta mampu menginspirasi orang lain yang melihat. Kemudian, Valentina Sri Wijiyanti dari Mafindo Koordinator Wilayah Yogyakarta memaparkan pentingnya literasi atau kebiasaan menulis dan membaca secara baik dan benar untuk menangkal hoax. Upayanya dengan meningkatkan literasi agar warga net mampu mengenali istilah misinformasi maupun disinformasi.
“Misinformasi merupakan upaya menyebarkan berita yang keliru tanpa memiliki tujuan tertentu, sementara disinformasi merupakan upaya menyebar berita yang keliru, dengan tujuan agar berita yang benar dan asli menjadi tidak valid dan tidak berguna lagi,” terangnya. Dengan mengenali istilah-istilah tersebut, Wiji, sapaan akrabnya, meyakini warga net yang paham dengan literasi akan mudah mengidentifikasi jenis informasi yang ditemui, apakah hoax atau bukan. Kepada semua peserta ToT, Wiji juga menegaskan bahwa hoax menyasar siapapun, bahkan yang berpendidikan tinggi sekalipun tidak kebal atau imun terhadap berita-berita palsu.
Harapan terhadap peran para admin medsos yang hadir dalam ToT agar berupaya mengedukasi masyarakat terkait bahaya hoax, juga ditegaskan Kepala Dinas Kominfo, Eko Suryantoro. Bersama Sekretaris Diskominfo, Dwiyama SB, Eko meminta agar para pengelola website maupun media sosial di Wonosobo yang kini jumlahnya cukup signifikan tidak ikut-ikutan menyebar atau bahkan menjadi pembuat hoax. Para peserta ToT, nantinya juga diharapkan mampu berperan sebagai trainer bagi admin lain yang berada dalam komunitas masing-masing sehingga upaya menangkal hoax lebih meluas dan cepat diwujudkan.(cici)
Tidak ada komentar